favorit cartoon

favorit cartoon
permen itu penuh rasa...

Senin, 14 Januari 2013

Taruhan 100 hari

Aku menengadahkan kepalaku dan kulihat warna senja yang masih biru. Aku menyeruput minuman di bangku taman tempat kami sering bercerita tentang segalanya yang menyangkut hati. Tentang patah hatiku ,tentang kepedihan akan sosok pria di masalalu ku. Tetapi tiga minggu ini dia berhasil membuatku tak lagi bercerita tentang masalalu ,melupakan sosok pria yang telah menghianatiku. Dia juga berhasil membuatku tersenyum ,tertawa , bahkan merasa bahagia saat berada didekatnya. Seperti duduk bersamanya saat ini.
“ belakangan ini aku tak lagi mengingat gery. Sepertinya kau menang taruhan kali ini.” Aku tertawa kecil sambil mengaduk-aduk minumanku
“berarti aku sosok pria yang hebatkan ? mana janjimu mengakuiku bahwa aku pria hebat ? ayo katakan aku mau dengar.” Tanyanya dengan lengkung senyum yang lebar.
“kau hebat, sangat hebat.” Seruku mantap.
Dia tertawa puas, aku menikmati tawanya dan ikut tertawa bersamanya. Melihatnya tertawa adalah bahagia yang belakangan ini ku ketahui kehadirannya.
“wajahmu sangat cantik kalau sedang tertawa” dia menatap mataku sambil menyimpulkan senyum indahnya ke arahku. Sangat indah.andai bisa kumiliki senyummu, akan kuletakkan gambar bibirmu di atap langit-langit kamarku. Agar bisa kunikmati indahnya di setiap pagi dan malamku;ungkap hatiku
“kau suka aku tertawa.?”
“sangat suka.”
“kau menyukaiku.?”
“tentu, sangat meyukaimu.”
“kau mencintaiku.?” Tanyaku lebih dalam dengan sejuta pengharapan. Pria ini terdiam ,seperti sedang sibuk mencari-cari jawaban hatinya. Dan hatiku sibuk menerka-nerka isi hatinya.
“iya ,sepertinya begitu.”
Aku tersenyum puas. Seperti berhasil merencah dalam gelap. Saat ini rasanya bahagia, sangat bahagia.
“aku juga mencintaimu. Bagaimana kalau kita pacaran.?”
“sebaiknya kau mengurungkan niatmu. Aku tak mengharap itu, dan sebaiknya kau juga melupakanku.”
“mengapa begitu ? bukankah kau mencintaiku dan aku juga mencintaimu.?”
“karna suatu saat aku bisa melukaimu,dan aku tak mau melihatmu menangis lagi seperti kemarin.”
Aku tertegun ,tak paham apa maksud alasannya. ku layangkan pandanganku ke sudut-sudut matanya ,mencoba membaca maksud hatinya. Tapi tak ku temukan apapun disana.
“bagaimana kau akan melukaiku? Bukannya kau mencintaiku.?”
“karna aku pembosan.”
“oke ,begini saja. bagaimana kalau kita taruhan lagi ? kalo aku berhasil membuatmu tak bosan selama seminggu ini kita jadian”
“percuma ,aku pembosan. Mungkin aku hanya bisa mencintaimu dalam kurung waktu 3 bulan. Setelah hari itu berlalu mungkin aku sudah melupakanmu.”
“oke beri aku waktu 100 hari untuk membuktikan bahwa kau tak akan bosan denganku. Kita pacaran 100 hari ,kalau dalam 100 hari kau memang bosan,kita putus. Tapi kalau dalam 100 hari aku berhasil membuatmu tak bosan. Kita benar-benar pacaran tanpa hitung waktu. Gimana ? berani ?”
“oke kita coba, semoga kau menang. Semoga keajaiban itu benar datang” Kami tersenyum dan terhitung hari itu ,di taman itu ,kami resmi mengikat hubungan.
                                                                                ***
Hari terus berganti. Jam ,menit,detik tetap berputar seperti biasanya. begitupun hubunganku dengannya. Semakin hangat dan semakin lekat. tawanya yang indah seakan begitu serasi menutupi lubang hatiku yang pernah terluka.
“hari ini tepat 30 hari kita jadian. Apa kau sudah merasa bosan ?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Belum tuh, mungkin besok, atau lusa ,atau minggu depan ,atau bulan depan, atau ...”
“atau selamanya bosan itu tak akan pernah datang. Kalimat ini lebih baik bukan ?”
“ya itu sangat baik haha. Aku berharap kau menang dalam taruhan sayang.”
Fajar mulai menunjukan oranyenya,pria ini mengantarkanku tepat sampai gerbang rumahku. Hari ini aku puas melihat senyumnya ,mendengar tawanya yang begitu renyah terdengar telinga, menatap matanya lebih dalam dari biasanya. berharap sifat pembosannya hanya ada untuk wanita-wanita di masa lalunya. Berharap aku wanita pertama yang memenangkannya.
                                                                               ***
Malam ini bulan tampak begitu rapi menyinari pekatnya malam. kami duduk ditepian jalan. lelaki tampan disampingku sedang sibuk menghitung bintang, sementara aku sibuk menghitung deret-deret angka di kalender telepon genggamku. Ternyata malam ini adalah malam ke 60 aku bersamanya. Wajahnya terlihat sangat tulus ,tak ada tanda-tanda kejenuhan darinya sejauh kami melangkah. Membuatku yakin bahwa sifat pembosannya dapat ku kalahkan.
“ada berapa bintangnya.?”
“ada 20. 19 di langit ,1 nya lagi disamping aku.”
“hih dasar gombal.” Kami tertawa lepas ,meramaikan suasana malam yang begitu senyap
Tiba-tiba seorang kakek tua dengan gerobak jagungnya memecah tawa kami. Wajahnya yang lusuh dan Titik-titik air keringat di sekujur tubuhnya menggambarkan kegigihannya dalam mencari kepingan rupiah
“mau beli jagung cu.?” Tanyanya lirih
“boleh kek, 2 ya.”
“ini jagungnya, kakek lihat kalian tampak begitu serasi. Dan sepertinya laki-laki di belakang mu itu sangat mencintai kamu. Terlihat benar dari binar matanya.”
“amin kek,mudah-mudahan tebakan kakek benar. kebetulan Saya lagi taruhan bikin dia gak bosan pacaran sama saya dalam waktu 100 hari, saya minta doanya ya kek supaya saya menang.”
“berilah dia selalu kebahagiaan dalam sisa waktu taruhanmu, kakek doakan kau adalah cinta terakhirnya.”
“tentu kek ,aku selalu berusaha membuatnya tertawa. Amin ,makasih banyak doanya kek.” Aku tersenyum lebar. Kakek yang barusaja melongos dari hadapanku membuatku sangat yakin bahwa aku mampu membuatnya tak bosan ,bahkan aku percaya akan doa kakek tadi ,bahwa aku lah cinta terakhirnya.ya semoga begitu.
                                                                               ***
bunga mawar yang berdiri tegak di hadapanku telah memekar ,bahkan kelopaknya mulai gugur.15 hari yang lalu aku dan dia kesini masih terlihat menguncup. Hari ini adalah hari ke 100 aku bersama dengan pria pemilik senyum memesona itu. Dan itu artinya taruhan telah usai dan kata bosan itu tak pernah kudengar. “Aku menang ...!” teriakku girang .tapi mengapa dia belum juga datang ? padahal kami berjanji bertemu satu jam yang lalu. Sms dan telpon ku juga tak mendapat respon darinya. Ah tapi aku yakin dia pasti sengaja mau beri aku kejutan. Mungkin dia sedang membeli bunga atau ya hadiah kemenanganku tentunya. aku tersenyum lebar dan kembali mengisap permen jahe yang menempel dilidahku. Sambil menunggunya datang aku memutar lagu kesukaannya yang semalam suntuk ia nyanyikan lewat telepon genggam “waktu terasa semakin berlalu ,tinggalkan cerita tentang kita.” Lagu band peterpan yang berjudul “tentang kita” ini seperti lagu kebangsaan baginya. Ia sangat suka menyanyikannya. Dan aku sangat suka mendengar suaranya.
“maaf mba ,apa benar mba ini pacarnya mas diki.?” Tanya seorang pria bertubuh besar dengan suaranya yang berat dan tersedak-sedak kepadaku.
“iya betul, dikinya mana ? kamu siapa.?” Tanyaku cepat dengan senyum ringan. Sepertinya lelaki ini adalah ajudan kekasihku untuk memberiku kejutan atas kemenanganku. Ah aku tak sabar.
“mba ayo ikut dengan saya. Saya akan antar mba bertemu dengannya. Saya harap mba bisa tegar.”
“bisa tegar ? maksud kamu apa ? saya ngga mengerti.”
“ikutlah dengan saya mba, saya ngga mampu jelaskannya disini.” Aku hanya mengangguk dan mengikutinya ,bola mata lelaki itu terlihat memerah seperti mencoba membendung air wajahnya atau mungkin hanya terkena debu-debu nakal. Ah aku tak mengerti. Yang ada dipikiranku sedari tadi hanyalah pria pemilik senyum memesona ku itu datang dan memberiku kejutan.
“mengapa berhenti di rumah sakit ? siapa yang sakit.?” Tanyaku heran. Lelaki ini hanya diam. Dadaku berdesir seakan jantung ingin berhenti. Lelaki ini membuka pintu salah satu kamar rumah sakit. Kulihat priaku terbaring disana. Wajahnya sangat pucat, tubuhnya sangat dingin ,matanya terpejam rapat,bibirnya biru. kata dokter dia pergi dan tak bisa kucari. Kupikir dokter gila, sedang priaku saja terbaring lemas di depanku. “sayang bangun ... bangun ...aku menang.ini udah 100 hari. Aku tau kau sedang ingin beri aku kejutan. Udahlah sayang ,aku udah terkejut. Sekarang bangunlah. peluklah aku. Bilang aku menang ! bilang aku hebat ! bilang seperti aku membilangnya untukmu saat kau berhasil membuatku lupa dengan gery. Ayo bilang sayang ... jangan diam saja ! ah kau curang.” Pipiku basah ,seakan pipa-pipa air di balik bola mataku pecah. Aku menarik napas dan mengulurnya lagi, menarik dan mengulur lagi. Sangat sesak.
“dia sakit kanker, dia sengaja tak beritahumu. Ini surat yang dititipkannya buatmu. Dia menyuruhku untuk menemuimu di taman sebelum menghembuskan napas terakhirnya.”
Lelaki bertubuh besar itu melongos pergi. Kubuka secarik kertas putih berpita merah itu dan dihiasi dengan tetesan-tetesan air yang jatuh dari pelupuk mataku.

Hay wanita keras kepala. Aku sudah bilang agar kau melupakanku saja, aku sudah bilang aku tak punya waktu lama untuk membuatmu tertawa. Tapi batu kepalamu terlalu keras, dan bibirmu seperti sihir sempurna yang melumpuhkan pertahananku ,hingga aku terpaut akan taruhan cinta 100 harimu. Saat itu aku merasa keajaiban akan datang, aku bisa hidup lebih lama. dan ternyata memang benar. Dokter memvonis aku akan mati tepat di 90 hari. Tapi tuhan mengabulkan doamu, tuhan menambahkan umurku 10 hari. Kau tau saat aku melihat garis senyummu ,sakit di kepalaku hilang. gelap dimatakupun berubah terang. Hey jangan bilang “hih gombal” lagi ! ini sungguhan. Kau ingat tidak kakek-kakek lusuh yang berjualan jagung malam itu ? hey sudah...sudah... stop mengingat perkataannya . dasar kau ini ! jangan berfikir kalau dia paranormal ,pesulap,dukun atau apapun itu. Dia tetangga di sebelah rumahku ,tepatnya orang tua temanku yang menemuimu di taman dan mengantarmu hingga bertemu denganku sekarang. Dia sudah kuanggap seperti ayahku sendiri. aku selalu menceritakan semua masalahku padanya. Termasuk tentang kau dan penyakitku. Jadi jangan heran dengan kata-katanya. Maaf ,aku sengaja tak beritahumu tentang penyakitku, aku hanya tak mau dalam sisa-sisa umurku ,dalam taruhan kita kau terus menangis. Aku benci kau menangis. Berisik sekali. Dahi mu mengerut saat kau menangis, hidungmu kembang-kempis seperti seekor babi. Ah buruk sekali. Jadi berhentilah menangis. Kau hanya akan membuat tuhan menghukumku lebih lama. Tertawalah ,aku sangat suka kau tertawa. Aku tak mati ,hanya di suruh tuhan menjagamu dari kejauhan. Jadi berhentilah menangis sayang.

Detak jantungku melambat, dadaku teramat sakit. Air yang keluar dari mataku seakan habis, tinta di secarik kertas itu telah luntur dihujani air yang mengalir deras dari kedua bola mataku. kupeluk ,kucium,dan kudekap pria ku ,sampai pada akhirnya aku terjatuh dan semua terasa gelap.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar setelah membaca